Bumi Manusia : Tetap Best Seller dari Tahun 1975 - Megasus

Thursday, March 28, 2019

Bumi Manusia : Tetap Best Seller dari Tahun 1975

Bumi Manusia : Best Seller dari Tahun 1975

Oleh : Marsekal Aulia


Selamat malam Someg! Ada yang masih bangun? Untuk yang masih bangun nih, ada sedikit resensi terutama untuk kalian yang bucin novelbegitu temanku menyebutnyaー yang pastinya sudah pernah mendengar judul buku ini. Tapi kalian yang mager, nggak ada kegiatan, mau tidur tapi males, dan lain lain juga baca ya, hehe.

Bumi Manusia merupakan buku pertama dari tetralogi buru yang ditulis oleh sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, ketika mendekam di penjara di pulau Buru,1975Buku ini melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918, masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik etis dan masa awal periode Kebangakitan Nasional. 

Kenapa Cremeg memutuskan untuk membuat resensi buku ini? Karena setiap kali Crewmeg browsing buku yang best seller buku satu ini selalu muncul loh, Someg! Penasaran kenapa dan ceritanya gimana? Mari simak resensi berikut.


Judul               : Bumi Manusia

Penulis            : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit          : Lentera Dipantara
Cetakan          : 17 Januari 2011
Isi                    : 535 hlm
ISBN               : 979-97312-3-2



Sinopsis

Minke, seorang pribumi yang mempunyai pola pikir layaknya seorang Eropa, ia memang bukanlah keturunan pribumi biasa, dalam darahnya masih mengalir darah para raja jawa, tetapi dirinya sendiri sudah hampir bukan seorang jawa, hanya tubuhnya saja yang jawa tetapi semua pandangannya tentang hidup sudah benar-benar seperti pandangan seorang Eropa. Suatu hal yang tidak biasa pada zamannya. Ia adalah seorang pemuda yang cerdas, penyuka sastra, berbeda dengan pemuda lain. 

Annelis Mellema, gadis yang begitu cantik, bahkan dalam buku ini kecantikannya melebihi kecantikan dari Ratu Nederland pada saat itu, Ratu Wihelmina. Ia merupakan putri dari seorang Nyai, bukan seorang Nyai biasa, bukan hanya seorang gundik yang seringkali dianggap menjijikkan. Ia merupakan putri dari seorang ibu yang luar biasa, seorang ibu yang begitu mampu mengurusi banyak pekerjaan setelah Tuan Mellema, suami tidak sahnya, berubah menjadi orang gila orang yang sudah tidak peduli pada apapun disekelilingnya. Annelis lebih memilih untuk menjadi seorang pribumi seperti ibunya, walaupun ayahnya merupakan seorang belanda. Gadis ini begitu manja pada mamanya, sikapnya begitu manis. Sangat bertolak belakang dengan sikap Annelis, abangnya, Robert Mellema merasa bahwa dirinya seorang belanda tulen dan ia pun tidak menganggap Nyai sebagai ibunya. Ia sangat mengagumi ayahnya walaupun ayahnya sendiri sudah tidak perduli lagi termasuk dirinya.



Buku ini menceritakan tentang kisah cinta seorang pribumi dengan gadis keturunan Belanda. Pramoedya menuliskan buku ini dengan banyak menebarkan kata-kata puitis, dan semuanya Ia gambarkan dengan nyata. Oleh karena itu, meski ini adalah novel dengan kisah cinta, novel ini tidak membuatmu cengeng (beda lagi kalau memang dasarnya sudah mudah baper yaa), tetapi novel ini membuat seolah-olah kita ada di sana, ikut mengarungi waktu bersama dengan tokoh-tokoh tersebut, dan ikut meresapi apa yang mereka rasakan pada saat itu. 

Dalam buku ini Pramoedya menunjukkan betapa pentingnya belajar. Dengan belajar, kita dapat mengubah nasib. Seperti dalam buku ini contohnya, Nyai yang tidak bersekolah,dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa H.B.S. Minke. Bahkan pengetahuan si Nyai yang didapat dari pengalaman, dari buku-buku dan dari kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas dari guru-guru sekolah H.B.S.

Buku ini mengajarkan bahwa pelajaran tidak keseluruhannya dapat kita pelajari di sekolah, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pengalaman dan kehidupan.


Quotes

“Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa sahabat hidup akan terlalu sunyi.” 

“Kan baik belum tentu benar juga belum tentu tepat. Malah bisa salah pada waktu dan tempat yang tidak cocok.” 

“Jadi apanya yang harus dikenal, kan orang dikenal karena karyanya, ratusan juta orang di atas bumi ini tidak berkarya yang membikin mereka dikenal, maka tidak dikenal.”
“Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri”
“Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan”

Yak! itulah resensi untuk minggu ini, Someg. Sekali lagi Crewmeg ingetin, jangan tidur terlalu malam ya Someg, kurang tidur dapat mempengaruhi kerja otak dan membuat kita kurang fresh esok harinya. (Crewmeg bilang gini soalnya setiap hari Crewmeg nggak jauh dari makhluk yang namanya kelelawar, jangan ditiru, hehe). Sampai jumpa pada resensi selanjutnya!

Bagikan artikel ini

3 comments

  1. Sebutan "bucin novel" bikin diriku ngakak
    Btw, kak Marsekal, kamu harus baca lanjutan buku ini, judulnya "anak semua bangsa" :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya tuh teman author ada yang dipanggil begitu wkwkwk
      Kalau ada waktu aku baca deh, untuk sekarang masih ngelanjutin buku lanjutannya Hunger Games, hehe.
      Terima kasih sarannya! :)

      Delete
  2. Karya kakek Pram emang luar biasa. tidak ada yang mengalahkan

    ReplyDelete