Komet : Seri Kelima dari Serial Bumi Tere Liye - Megasus

Thursday, February 14, 2019

Komet : Seri Kelima dari Serial Bumi Tere Liye



Komet : Seri Kelima dari Serial Bumi Tere Liye

Oleh : Marsekal Aulia & Galuh Ajeng


Selamat sore, Sobat Megasus! Resensi kali ini adalah resensi mengenai novel terbaru Tere Liye atau yang akrab dipanggil Bang Tere, Komet. Novel ini merupakan seri lanjutan dari buku sebelumnya, Bumi (1), Bulan (2), Matahari (3), Bintang (4), dan Ceros dan Batozar (4,5).  Berikut sedikit gambaran mengenai novel ini

Judul Buku : Komet

Penulis : Tere Liye

Co-author : Diena Yashinta

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2018



Sinopsis 

Setelah “musuh besar” mereka lolos, dunia paralel dalam situasi genting. Hanya soal waktu, pertempuran besar akan terjadi. Bagaimana jika ribuan petarung yang bisa menghilang, mengeluarkan petir, termasuk teknologi maju lainnya muncul di permukaan Bumi? Tidak ada yang bisa membayangkan kekacauan yang akan terjadi. Situasi menjadi lebih rumit lagi saat Ali, pada detik terakhir, melompat ke portal menuju Klan Komet. Mereka bertiga tersesat di klan asing untuk mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.

Mereka kemudian berpetualang mencari "tumbuhan aneh" melewati 6 pulau yang bernama sesuai nama-nama hari. Melewati berbagai macam rintangan. Dapatkah mereka menemukan tumbuhan tersebut?



Banyak pembaca yang mengira bahwa ini merupakan seri terakhir. Namun, kisah ini masih berlanjut ke novel selanjutnya, yaitu Komet Minor.

Novel ini tidak ditulis oleh Bang Tere sendirian, ada co-author yang membantu proses penulisannya, Diena Yashinta.

Jika pada novel-novel sebelumnya, terdapat andil teknologi canggih dalam menemani perjalanan tiga sahabat ini, maka  dalam novel ini, mereka harus bertahan tanpa bantuan teknologi. Hal ini membuat novel ini terasa berbeda dari novel pendahulunya.

Nama-nama tokoh dan latar tempat dalam novel keluaran tahun 2018 ini juga unik dan kreatif. Seperti penggunaan nama hari untuk tujuh nama pulau, mulai dari pulau Hari Senin hingga pulau Hari Minggu.

Pada awalnya, alur yang disajikan memang menarik dan menyenangkan. Namun lama-kelamaan, alur yang terlalu monoton — berlayar ke satu pulau ke pulau berikutnya, bertarung, kemudian memenangkan pertarungan — membuat novel ini terasa agak membosankan. Plot twist yang disajikan juga mudah untuk ditebak. 

Selain itu, bagian akhir novel ini sangat menggantung. Someg harap sabar untuk seri selanjutnya ya. Sebaiknya Someg menunggu untuk seri selanjutnya, yaitu Komet Minor rilis lebih dulu, sehingga Someg tidak perlu menunggu lama untuk sambungan ceritanya.

Quotes

"Ketahuilah, setiap kali sebuah cahaya bersinar sangat terang, maka bayangan yg dibuatnya sangat gelap. Sebaliknya, saat sesuatu sangat gelap, maka dibutuhkan cahaya terang untuk melewatinya. Keseimbangan." (Halaman 204)

"Kita sibuk sekali mengurus masalah si Tanpa Mahkota, mengurus nasib seluruh dunia paralel, Si Tanpa Mahkota begini, Si Tanpa Mahkota begitu, bla-bla-bla. Tapi kita lupa justru hidup ini datang dari hal-hal kecil." (Halaman 161)

"Ketahuilah, dalam hidup ini, kadang kita melakukan sembilan puluh sembilan kebaikan, lantas tidak sengaja melakukan satu keburukan. Kita kadang lebih fokus pada satu keburukan tersebut, lupa betapa banyak yang telah kita lakukan." (Halaman 271)



Nah, begitulah garis besar buku ini. Memang jika membaca langsung seri kelima ini kurang seru, maka untuk pembaca yang tidak mengikuti atau baru saja membaca seri Bang Tere yang satu ini dianjurkan untuk membaca seri sebelumnya. Tidak rugi deh kalau membaca dari awal, karena kalian akan dibawa masuk ke dalam dunia paralel yang seru abis...

Semoga artikel ini bermanfaat untuk pembaca kedepannya. Tunggu resensi berikutnya ya. :) Tidak hanya resensi tentang buku, tetapi resensi tentang film juga akan diunggah. Sekian, terima kasih.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda