PENGALAMAN BERHARGA
Sang surya mulai memancarkan sinarnya. Diselingi sedikit hembusan angin, diselimuti hawa dingin pegunungan yang menusuk tulang, dan
segarnya udara murni membuat rasa nyaman.
Hari ini adalah hari terakhir berada di puncak. Terlihat Sania sedang duduk di sebuah batu besar menikmati indahnya pemandangan pegunungan yang sangat memanjakan mata, merasakan segar hawa pegunungan yang menenangkan jiwa. Hawa dingin yang menusuk berangsur hilang oleh hangatnya sinar surya. Maklum, pertama kali ia ke puncak. Dia tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan indah yang tidak semua tempat dunia menyuguhkan pemandangan sama.
“Sania, kita akan
segera kembali, kemasi barang-barangmu, bantu kami membereskan dan memungut sampah berserakan.” Panggil Khafi, sedikit
berteriak.
Sania pun
beranjak dari tempat duduk mulai membantu teman-temannya. Mereka
mulai mengemasi barang-barang, memungut sampah yang berserakan di, dan memeriksa agar tidak ada yang tertinngal.
“Sebelum memulai
perjalanan turun, periksa kembali di sekitar tenda apakah ada barang yang terjatuh.”
Daffa, Sania, dan
Khafi mulai mengecek area sekitar tenda. Mereka tidak menemukan barang mereka
yang terjatuh di sekitar area tenda didirikan. Kemudian mereka memulai
perjalanan untuk menuruni terjalnya bukit dan melewati medan yang tak tentu.
“Sania, bagaimana
menurutmu? Seru kan mendaki gunung?.” Tanya Khafi
“Seru! Pemandangannya
juga bagus. Khususnya pada malam hari,baru kali ini melihat gemerlapnya perkotaan dari ketinggian, sangat indah!”
Jawab Sania.
“Hey...
perhatikan langkahmu.. jangan bicara terus.. kalau kamu jatuh siapa yang
rugi?.” Sahut Daffa.
“Iya iya!”
Jawab Khafi dengan mata yang sedikit melirik ke Daffa.
Mereka
melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, melihat sekeliling dan memperhatikan
medan turun menyuguhkan berbagai rintangan yang harus dihadapi
dengan penuh perhitungan tepat. Burung-burung berkicau yang terdengar merdu di telinga, serangga berdesir terdengar entah dari mana asalnya,
embun basahi alas pembungkus kaki, lumpur dan batuan membuat perjalanan menjadi sedikit
menantang. 40 menit perjalanan berlangsung, melewati jalan yang kadang langsung terhubung degan jurang. Mereka
berhasil melewatinya tanpa ada kendala yang berarti, Tapi hal tak terduga
terjadi,.
“Sania.......!!!!!!!!!” Teriak Daffa dan Khafi.
Sania tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri, Sontak,
Khafi dan Daffa bergegas
menolongnya, membawa sania ke pos pendakian
terdekat dan Sania pun dibawa oleh petugas ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
perawatan.
Esokan
harinya Khafi dan Daffa menjenguk Sania di Rumah Sakit, disana mereka bertemu dengan orang tua Sania. Mendengar kondisi Sania yang sudah
membaik, Khafi dan Daffa merasa sangat senang dan bersyukur, karena rasa
bersalah mereka sedikit berkurang.
“Kami minta maaf, kami tidak bisa menjaga Sania tetap aman
sampai ke rumah, sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan seperti ini. Sekali
lagi kami minta maaf.” Pinta Khafi, dengan muka yang menunduk.
“Iya om, Kami minta maaf”
“Ya tidak apa. Dia memang jarang melatih fisik. Mungkin
dia kaget melihat usaha yang harus dilakukan untuk mendaki.” Jawab Ayah Sania dengan tersenyum.
Khafi dan Daffa sangat berterima kasih karena telah memaafkan
mereka, dan mereka meminta izin untuk menjenguk Sania, tentu saja dengan senang
hati ayah Sania memperbolekan.
“Permisi…”
“Eh kalian,
silahkan masuk.” Sania dengan muka tersenyum ke arah mereka.
“Oh ya, bagaimana
keadaanmu?” Khafi Bertanya.
“Aku merasa lebih
baik. Kata dokter, besok aku sudah diperbolehkan pulang.” Jawab Sania
“Oh... syukur lah, keadaanmu baik-baik saja, Karena....”
Jawab Daffa, sambil matanya melirik ke Kaffi.
“Karena apa?” Tanya Sania, penasaran.
“Iya hey, karena apa? Jangan bicara yang bukan-bukan lho
ya....” Sahut Khafi.
“Hmm.. Karena saat kamu sakit, Khafi itu terlihat sangat
gelisah. Tampaknya dia sangat menghawatirkanmu.” Ejek Daffa. Sambil
tersenyum.
“Hey, jangan mengada-ada!” Khafi mengelak.
“Itu memang benar kan? Kamu menghawatirkan Sania.”Balas
Daffa, meyakinkan.
“Oh ya Sania, ada yang terlupakan, tapi ini rahasia, aku kerap kali melihat Khafi memperhatikanmu,
kurasa dia menyukaimu.” Bisik Daffa kepada Sania dengan sedikit tersenyum.
Langsung terukir senyuman di bibir Sania. Dengan cepat
suasana di ruangan tersebut dipenuhi dengan canda tawa membuat suasana
menjadi lebih menyenangkan, dan juga membuat keadaan Sania menjadi jauh lebih
baik.
“Oh ya.. Bulan depan liburan tengah semester, bagaimana
kalau kita mendaki lagi, sekalian kita ajak teman-teman juga? Aku tidak akan
gagal untuk kedua kalinya”.
Tanya Sania.
Khafi dan Daffa saling melirik satu sama
lain. Sepertinya perjalanan akan kembali dimulai.............
Cerpen by: Salman Alfarisi